Kamis, 26 November 2015

Oleh: Ustad Abu Janda al-Boliwudi

Petikan wawancara Ustad dengan ABI PRESS. Tak ada orang yang ingin hidup dalam gangguan, ketakutan, dan ancaman. Semua orang menginginkan hidup yang aman, tenteram, dan damai. Fitrah kedamaian dan cinta ini adalah hal yang paling inheren tertanam dalam diri tiap manusia. Terlebih di bumi Nusantara yang secara antropologis masyarakatnya moderat dan cinta damai.


Tapi saat ini yang terjadi adalah gelombang serangan provokasi-provokasi permusuhan dan hasutan kebencian banyak beredar di masyarakat melalui media sosial, khotbah-khotbah, buku, spanduk dan selebaran-selebaran bernuansa kebencian, yang membuat masyarakat resah. Bagaimana jika fitrah cinta damai ini diganggu dan dirusak? Tentu MASYARAKAT AKAN BANGKIT!

"Saya awalnya aktivis anti-teroris. Sejak tahun 2004, aktif di berbagai forum diskusi. Terorisme atas nama Islam ini bikin orang GEBYAH UYAH Seolah-olah Islam agama biadab yang dibawa oleh nabi sesat. Saya CINTA ISLAM. Saya pikir siapa pun yang peduli sama Islam pasti sakit, tidak akan terima melihat Islam dicoreng namanya oleh gerakan sekelompok orang yang mengaku Islam tapi sudah keluar dari nilai-nilai Islam (TERORIS)."

"Belum cukup pasang-pasang bom yang bikin reputasi Islam babak-belur, tak cukup sampai disitum kaum TERORIS masih harus mencoba lagi menghancurkan Islam dari dalam dengan upaya membenturkan umat, provokasi konflik internal Islam. Seperti yang sedang dilakukan ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah) yang merupakan proyek Arab Saudi untuk membawa Perang Suriah ke tanah air." SUMBER: TWITTER Akhmad Sahal

TWITTER Akhmad Sahal
https://twitter.com/sahaL_AS/status/667520043266256897

Achmad Nurcholis, dari Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) berkata, "Masyarakat kita itu rindu terhadap kondisi sesama masyarakat itu saling berinteraksi mewujudkan kebersaman, dan mereka tak ingin ada konflik, munculnya figur-figur seperti Ustad Abu Janda al-Bolliwudi, yang langsung disambut oleh masyarakat, mereka adalah sosok-sosok pemicu (trigger) dari mayoritas yang diam untuk bersuara, karena merasa terwakili."

Untuk melawan derasnya propaganda, provokasi, dan hasutan kebencian ini, Nurcholis menyebutkan harus dilawan secara terus-menerus dengan menyebarkan pesan-pesan perdamaian.

"Saya kira, kalau semua orang sesuai kemampuannya masing-masing, tapi rutin, menyebarkan pesan perdamaian ini, lambat-laun akan mewarnai pola pikir masyarakat secara umum. Karena selama ini mayoritas yang diam tak melakukan apa pun. Mereka hanya nggrundel saja. Jadi ini yang bikin seolah-olah warnanya lebih dominan yang sebelah sana itu, yang intoleran itu."

"Jangan diam. Kita harus bersuara! waktunya kita bergerak, buka suara. Rapatkan barisan Muslim dan non-Muslim, tingkatkan kewaspadaan atas paham-paham yang yang mengatasnamakan Islam tapi menghasut, menyebar kebencian dan permusuhan. Tebar pesan damai, saling mengingatkan di lingkungan masing-masing. Karena kebaikan itu menular.", pungkas Permadi Arya. (Muhammad/Yudhi)

JANGAN DIAM. TERUS SUARAKAN PERDAMAIAN!

‪#‎GerakanCuekinProvokator‬

SUMBER: Wawancara dengan ABI PRESS
http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/ketika-mayoritas-diam-mulai-bangkit-melawan/

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks