Rabu, 16 Desember 2015


Oleh: Denny Siregar 

Tiba2 nama bu Retno terangkat ke permukaan berita.
Tindakannya yang menolak keikut-sertaan Indonesia dalam Aliansi militer negara Islam yang digagas Arab Saudi, benar2 kontroversial.
Salah satu Srikandi Indonesia sesudah bu Susi Pujiastuti, ini mulai memainkan peran diplomasi-nya yang tidak mau diarahkan oleh negara2 kuat. Model penolakannya halus, ia meminta Term of Reference atau kerangka acuan pembentukan aliansi itu dan siapa pemodalnya. Dia tidak mau terjebak dalam aliansi2an yang dibentuk untuk men-justifikasi serangan ke negara yang "tidak disukai".
Bu Retno adalah Menlu wanita pertama di Indonesia. Meskipun tubuhnya terlihat mungil ketika berada di antara para menteri luar negeri asing yg rata2 jangkung, tapi kesahajaannya tidak bisa dipungkiri. Ia dihormati oleh rekan2nya sesama menlu dan dijuluki wanita besi. Julukan yang sama diberikan kepada mantan Perdana menteri Inggris, Margaret Tatcher.
Tugas berat memang yang disandang bu Retno. Ia harus menyelaraskan antara keinginan Presiden supaya membawa nama Indonesia lebih dikenal diluar, tetapi ia juga diminta untuk memperhatikan kedaulatan Indonesia dalam menentukan sikap. Apalagi Presidennya koppig, ga bisa diatur2 negara lain.
Arah kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif pada masa terbelahnya kekuatan dunia menjadi dua saat ini memang tidak mudah. Indonesia tidak bisa lagi mempertahankan konsep non-blok, karena kedepan siapa yang tidak berteman dia akan dimakan. Karena itu mempertahankan diri diantara gelombang dua kekuatan dunia yang sedang berhadapan, ini membutuhkan keahlian sendiri.
Prinsip Indonesia tidak bisa lagi mengusung konsep "banyak teman dan tidak ada musuh" seperti yg diusung pemerintahan sebelumnya. Jokowi sudah menetapkan pandangan politik luar negerinya "semua negara adalah teman sampai mereka mengganggu kedaulatan Indonesia".

Dengan konsep ini, Indonesia menegaskan bahwa ada hal yang tidak bisa dilakukan Indonesia jika itu berhubungan dengan kedaulatannya. Dan aliansi militer negara islam yang digagas Saudi itu jelas akan menganggu pandangan politik Indonesia yang berkomitmen untuk membela Palestina, karena sudah tampak jelas aliansi ini akan digunakan jauh dari kepentingan membela Palestina.
Dan tugas ini berada di pundak bu Retno untuk tidak terjebak permainan global Saudi dan rekan2nya yang akan menjadikan Indonesia hanya sebagai "ekor" mereka saja. Jika Indonesia terjebak dalam permainan mereka, maka kita akan berbenturan dengan Rusia, Suriah dan Iran yang secara potensi hubungan jauh lebih bersahabat dari barat dan negara2 arab yang selama ini menjadi sahabat dekat Indonesia.
Bu Retno bukan seperti Ketua DPR, yang mau dikatakan apapun oleh lawan bicaranya yang hanya bisa nyengir gagap dan berkata "Yes, highly", habis itu bingung mau ngomong apalagi. Ia mempunyai sikap kuat bahwa Indonesia bukan negara "Yes, master.." yang hanya dimanfaatkan oleh kepentingan politik internasional.
Entah apakah bu Retno peminum kopi, tapi setidaknya saya ingin mengangkat secangkir kopi untuk beliau dan atasannya.
Sudah waktunya memang negara ini besar dengan cara yang benar. Bukan besar badannya saja, tapi nafasnya tersengal-sengal.

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks