Takfirisme– Gerakan yang senang mengkafirkan orang lain yang berbeda pandangan itu sudah sejak lama terdapat dalam sejarah Islam. Ini bukan gerakan yang sama sekali baru, mungkin tokoh dan mediumnya saja yang baru; isinya sih barang yang sudah lama. (Baca juga: Islam Nusantara Bukan Gerakan Takfiri)
Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah Australia-Selandia Baru
Paling celaka kalau gerakan ini berkolaborasi dengan kekuasaan maka dari semula hanya mengkafirkan orang lain kemudian mereka memiliki kekuasaan untuk mengeksekusi siapa saja yang mereka anggap kafir. Mereka senang meminjam tangan penguasa, dan anehnya ada banyak penguasa yang senang berkolaborasi dengan mereka sebagai imbalan mendapat dukungan politik.
Takfirisme
Sejarah Islam mengenal kisah tragis para ulama yang dikafirkan dan disiksa karena pandangan-pandangan mereka. Ahmad bin Hanbal bukan saja disiksa karena mempertahankan keyakinannnya bahwa al-Quran itu qadim, pemuka mazhab Hanbali ini pernah digeledah rumahnya oleh khalifah karena dicurigai melindungi pengikut Syi’ah.
Imam Syafi’i, guru dari Imam Ahmad bin Hanbal, pun tidak lepas dari tuduhan Rafidhah (pengikut Syi’ah). Beliau diseret dalam keadaan tangan terbelenggu bersama sekitar 300 orang lainnya.
Mufassir klasik seperti Imam al-Thabari juga dituduh Syi’ah karena dalam salah satu karyanya men-shahihkan Hadis ghadir khum, sedangkan Imam al-Biqai dianggap kafir hanya karena mengutip perjanjian lama dalam kitab tafsirnya.
Imam al-Amidi, pengarang kitab al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, terkena pula tuduhan kafir karena memasukkan unsur filsafat dalam sebagian karyanya. Imam Nasa’i, ahli Hadis terkenal, itu juga babak belur dihajar mereka yang tidak suka dengan riwayat hadis yang disampaikannya tentang Muawiyah.
Imam Abu Hanifah, pemuka mazhab Hanafi, berulangkali disiksa penguasa karena menolak diangkat sebagai hakim. Ibn Taimiyah pun lama dipenjara dan akhirnya meninggal setelah dilarang menggunakan tinta dan kertas selama di penjara.
Daftar ini bisa menjadi sangat panjang dan menimpa ulama dari semua mazhab dan disiplin ilmu. Tuduhan dan fitnah keji itu sudah menjadi menu utama para ulama klasik. Dan sejarah selalu berulang.
Akan tetapi sejarah mencatat pula bahwa karya-karya para ulama di atas masih dibaca dan dijadikan rujukan ribuan tahun setelah mereka wafat. Dan sejarah jarang mengingat nama-nama penguasa atau kelompok yang memfitnah, mengkafirkan dan menyiksa mereka.
Pada akhirnya, yang akan dikenang dan abadi di hati adalah kontribusi kita untuk ilmu dan umat; bukan caci-maki, fitnah, kafir-mengkafirkan, bid’ah membid’ahkan dan perselingkuhan dengan penguasa untuk membungkam mereka yang berbeda. Kita semua akan dihakimi oleh sejarah peradaban umat sebelum kelak akan berhadapan dengan Sang Maha Hakim. Teruslah berkarya dan mengabdi pada ilmu dan umat! (ARN/MM)
Sumber: Akun Facebook Nadirsyah Hosen/arrahma news
Rabu, 11 November 2015
19.25
Unknown
Ahlusunnah, NU, Wahabi
No comments
Related Posts:
KH Said Agil : Kalau Meresahkan Bubarkan Saja FPI Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj meminta masyarakat Purwakarta, Jawa Barat, tidak menghiraukan tudingan Front Pembela Islam (FPI) yang menyatakan Purwakarta berada dalam kondisi darurat akidah. … Read More
Membela Silent Majority Oleh: Barisan Sufi Okem Tidak biasa-biasanya saya ngomongin seleb, apalagi ustadz seleb. Tapi dua kejadian terakhir membuat saya tergerak untuk bukan sekadar ngomongin, tapi saya ingin menyatakan DUKUNGAN untuk dua ustad… Read More
Kisah Zuhairi Misrawi Tokoh Muda NU di Konferensi Islam Iran Zuhairi Misrawi, cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU) menuturkan pengalamannya ketika menghadiri Konferensi Islam Internasional yang digelar di Iran. Melalui akun Twitternya @zuhairimisrawi, ia mengaku terkesan melihat plur… Read More
KH. Said Agil Siraj : Pesantren Wahabi Ajari Merakit BOM Ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj mengatakan bahwa aliran aliran ekstrem kanan Wahabi telah melahirkan generasi perakit bom. Ia menganggap hal ini sebagai tantangan besar bagi Indonesia, karena telah terbukti biang kerok kekac… Read More
Santri dan TNI bersatu menghadapi paham ISIS Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj meminta santri dan TNI bersatu menghadapi paham radikalisme. Hal itu diungkapkan Said, saat melepas 1.000 santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesi… Read More
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar