Rabu, 11 November 2015

Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Ada informasi penting yang tidak terlalu dipedulikan masyarakat internasional, dan Dunia Islam khususnya: bom nuklir telah digunakan di Yaman. Setidaknya, bom itu dua kali dijatuhkan di Yaman oleh F-16 (dan satu-satunya negara Timteng yang memiliki F-16 adalah Israel) pada bulan Mei 2015. 


Media yang mengungkapnya pertama kali adalah Veterans Today dan segera tersebar luas di jaringan media alternatif. Sementara itu, media mainstream bersikap pasif dan bantahan dari beberapa pengamat pro-Israel bermunculan. VT menggunakan rekaman video  sebagai basis analisisnya.
Lihat Video dibawah ini :

“Ini terlihat sebagai [ledakan] dari sebuah bom neutron kecil. Ukuran, warna, efek cahaya, dan durasi bola api terlihat di udara, dan awan berbentuk jamur yang sangat besar merupakan hasil dari ledakan bom ini. Fasiltas “CCD” pada kamera mampu “scintillating” (mendeteksi neutrons). Itulah mengapa muncul percikan cahaya putih di video. Ketika sebuah foto memperlihatkan adanya percikan cahaya putih (white pixel flashes), itu karena kamera terkena neutron yang terlepas dari ledakan bola nuklir. Neutron itu memenuhi sirkuit electronik CCD, sehingga memproduksi percikan cahaya putih,” tulis Jeff Smith, ahli fisika nuklir dan mantan inpektur IAEA.
Menurut Smith, indikasi lainnya: ledakan yang terjadi jauh lebih besar daripada bom 2000 pound (907 kg); tapi F-16 tidak mampu mengangkut bom lebih berat dari 2000 pound. Jadi, ini pasti bom yang kekuatannya sangat besar, namun beratnya di bawah 2000 pound.
Menanggapi kerasnya tekanan/intimidasi yang diberikan atas pemberitaan ini, VT kemudian secara detil menjelaskan cara kerja kamera modern yang mampu mendeteksi adanya neutron yang tersebar dalam ledakan bom tersebut, di sini.
Prof Michel Chossudovsky menulis, meskipun belum bisa ditemukan bukti yang lebih banyak terkait penggunaan bom nuklir di Yaman, namun analisis video itu sangat relevan dengan agenda perang nuklir AS dan NATO yang telah diluncurkan sejak tahun 2002.

Agenda Perang Nuklir AS - NATO 

Agenda perang nuklir yang dimaksud Chossudovsky sudah ditulisnya secara detil dalam buku “Skenario Perang Dunia III” (edisi terjemahan Indonesia diterbitkan 2014 oleh penerbit Change). Poin-poin penting yang diungkapkan dalam buku itu antara lain:
  1. Melalui propaganda media, masyarakat dunia digiring untuk percaya bahwa “bom nuklir mini” berbeda dengan bom nuklir yang dulu diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki (1945). Pentagon menyebut bahwa bom nuklir mini (dengan daya ledak kurang dari 5000 ton) digunakan untuk ‘membela diri’ (untuk mengalahkan rezim-rezim jahat) dan tidak berdampak negatif bagi manusia karena ledakannya terjadi di dalam tanah. Bahaya asli pesenjataan nuklir dikaburkan dalam propaganda ini. Padahal, masing-masing bom mini itu menghasilkan ledakan antara seperrtiga hingga enam kali lipat bom yang dijatuhkan di Hiroshima.
  2. Kongres AS pada 2002 menyetujui proposal nuklir Pentagon mengenai penggunaan senjata nuklir terhadap negara-negara ‘poros kejahatan’ (termasuk Iran dan Korea Utara), bahkan terhadap Rusia dan Cina. Persetujuan Kongres artinya persetujuan cairnya dana.
  3. Pada 6 Agustus 2003 (tepat hari peringatan jatuhnya bom nuklir di Hiroshima), dilakukan rapat rahasia di markas Angkatan Udara AS di Nebraska, dihadiri petinggi militer, ilmuwan nuklir, dan para pengusaha militer membicarakan proyek pengadaan bom nuklir mini.
  4. Perusahaan industri militer merupakan aktor terkuat dalam proyek ini. Selain meraup keuntungan milyaran dollar dari produksi bom nuklir, mereka juga yang menetapkan agenda mengenai penggunaan dan peluncuran senjata nuklir. Di antara perusahaan tsb adalah: Lockheed Martin, General Dynamics, Northtrop Grunman, Raytheon, dan Boeing.
  5. Israel memiliki 100-200 hulu ledak bom nuklir strategis; tapi jumlah bom nuklir taktis yang dimiliki belum diketahui (bom nuklir mini diistilahkan juga “bom taktis”). Negara-negara Eropa non-nuklir (mengklaim diri tidak memiliki nuklir), seperti Belgia, Jerman, Belanda, Italia, (plus Turki) sebenarnya juga memiliki cadangan bom nuklir mini ini, dikirim oleh Pentagon. Turki memiliki sekitar 90 bom nuklir mini jenis B-61 di markas udara nuklir Incirlik.
Pertempuran Demi Minyak
Sekarang, siapa ‘musuh’ yang dihadapi oleh AS sehingga mereka perlu melakukan proliferasi nuklir (meski mengklaim ini sebagai bom nuklir yang ‘baik’)? Apa tujuan perang sebenarnya?
Chossudovsky menulis (dengan berbagai argumen) bahwa tujuan perang sesungguhnya adalahpenguasaan minyak dan gas.
“Lebih dari 60% cadangan minyak bumi dan gas di seluruh dunia terletak di tanah Muslim. Pertempuran demi minyak bumi yang dilancarkan oleh persekutuan AS-NATO-Israel membutuhkan demonisasi (dicitrakan sebagai monster) penduduk negara-negara tersebut,” tulis Chossudovsky (hlm 90).
Di titik inilah, terorisme atas nama Islam memiliki peran penting. Di satu sisi, AS memfasilitasi (termasuk mendanai dan mempersenjatai) terbentuknya organisasi-organisasi teror itu (baik langsung oleh CIA, maupun lewat tangan Arab Saudi dan Qatar). Hal ini sudah diakui oleh pejabat AS, termasuk mantan menlu AS Hillary Clinton. Namun di sisi lain, anggota kelompok-kelompok teror itu benar-benar Muslim yang sukarela bergabung dan merasa sedang berjihad. Jaringan teror Al Qaida dan ISIS (dan berbagai kelompok sejenis lainnya) melakukan berbagai aksi barbar dan brutal atas nama agama. Aksi-aksi mereka telah membantu memuluskan upaya propaganda AS bahwa negara-negara kaya minyak adalah ‘negara liar’ atau ‘negara gagal’.
Tujuan propaganda ini adalah agar publik AS (dan Barat pada umumnya) mau menerima doktrin perang nuklir Pentagon dan menganggap wajar pembunuhan massal terhadap rakyat sipil yang dilakukan pemerintah mereka. Pentagon (militer AS) dan NATO juga menggunakan skenario perang saudara, sehingga negara-negara Timteng diproyeksikan akan terpecah-pecah. Dalam peta baru Timur Tengah yang digunakan oleh Akademi Perang AS dan Sekolah Tinggi Pertahanan NATO, perbatasan internasional didefiniskan ulang sesuai garis aliran (mazhab) dan etnis, yang bersesuaian dengan kepentingan para raksasa minyak Barat.
Berikut ini tabel cadangan minyak di negara-negara Muslim. Terlihat bahwa 74% cadangan minyak dunia berada di dalam genggaman kaum Muslim. (Dikutip sebagian dari buku Chossudovsky, hlm 100-101)
UrutanNegara MuslimPersentase Cadangan Dunia
1Arab Saudi24,2
3Iran12,1
4Irak10,6
5Kuwait9,2
6UAE6,5
9Libya3,2
10Nigeria3,4
13Qatar1,8
15Aljazair1,4
17Kazakhstan0,8
19Azerbaijan0,6
21Oman0,4
24Indonesia0,5
26Yaman0,3
27Mesir0,3
28Malaysia0,3
30Suriah0,2
37Brunei0,1
TOTAL NEGARA MUSLIM75,9%
TOTAL NEGARA BARAT (Uni Eropa, Amerika Utara, Australia)4,1%
Negara lain (termasuk Venezuela, Rusia, China, Brazil, Meksiko)20,6%

Skenario Perang Dunia 3


“Musuh” terbesar dalam skenario perang yang diluncurkan AS-NATO-Israel adalah Iran. Dalam arti, Iran di-demonisasi (dicitrakan sebagai monster). Proyek nuklir damai Iran (untuk sumber energi, bukan senjata) dijadikan isu utama dalam propaganda perang AS. Dengan kata lain: AS mengatakan kepada publik bahwa perlu dilakukan perang nuklir (termasuk artinya: mengalokasikan uang negara untuk mendanai pembuatan bom-bom nuklir) karena ada musuh besar di depan, yaitu IRAN.
Hasil propaganda ini: 56% rakyat AS mendukung tindakan militer AS-NATO terhadap Iran (survey Februari 2010, dikutip Chossudovsky, hlm 122).
Di titik ini, Chossudovsky mengungkapkan tesisnya bahwa serangan terhadap Iran akan memicu Perang Dunia Ketiga. Sebab, Iran juga memiliki persenjataan yang cukup signifikan. Selain itu, meskipun Iran dikelilingi pangkalan militer AS yang bercokol di negara-negara Muslim di sekitar Iran, pasukan Iran sangat besar bila dibanding jumlah personel AS-NATO di kawasan.
Pasukan darat Iran 700.000 orang, pasukan laut 18.000 orang, dan pasukan udara 52.000 orang. Belum lagi pasukan paramiliter yang dikendalikan Garda Revolusi, yang totalnya 11 juta orang yang siap dimobilisasi sewaktu-waktu. Iran juga telah memiliki rudal jarak jauh yang siap diarahkan ke Israel dan berbagai negara Arab pro-AS bila pihaknya diserang. Di pihak lain, AS-NATO-Israel sudah bersiap menggunakan senjata nuklir untuk menyerang Iran. Penggunaan senjata nuklir inilah yang dikhawatirkan Chossudovsky, karena dampaknya akan sangat buruk bagi umat manusia secara luas.
“Dalam skenario memanasnya keadaan, pasukan Iran dapat melintasi perbatasan dan masuk ke Irak dan Afghanistan. Pada gilirannya, memanasnya keadaan hingga menggunakan persenjataan nuklir dapat menyebabkan kita semua memasuki skenario Perang Dunia III yang meluas, melampaui regional Timteng/Asia Timur. Proyek militer ini, yang telah direncanakan Pentagon sejak [2002], mengancam masa depan umat manusia,” tulis Chossudovsky (hlm 184).
Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat Sipil?

Di bab akhir bukunya, Chossudovsky menulis bahwa rakyat sipil di seluruh dunia harus bangkit untuk mencegah perang. Di antara yang penting dilakukan:
  1. Bongkarlah kriminalitas proyek nuklir ini.
  2. Ungkapkan kedustaan media, lawan propaganda perang, dan balikkan arus penyesatan informasi; lakukan perlawanan secara konsisten terhadap media korporasi (media mainstream).
  3. Membongkar bagaimana perang sebenarnya disponsori oleh bank, perusahaan industri militer, raksasa minyak, raksasa media, serta konglomerat bioteknologi.
  4. dll (hlm 207-223).
*peneliti ICMES, mahasiswa Program Doktor HI Unpad

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks