Banyak pengamat Timur Tengah yang menyatakan bahwa Turki adalah negara yang paling diuntungkan dengan situasi krisis Suriah saat ini. Dia dapat rezeki halal dan haram dari empat penjuru angin.
Beberapa jam setelah aksi Turki menjatuhkan pesawat Sukhoi Su-24, Putin langsung menggambarkan ya sebagai “tusukan dari belakang”. Tak hanya itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia pun langsung memutuskan hubungan militer dengan Turki.
Untuk memperparah keadaan, media Rusia mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan bahwa pilot pesawat yang jatuh itu sebenarnya berhasil menyelamatkan diri. Tapi lantas dia ditembak mati dari darat. Dan itu artinya pilot naas tersebut dibunuh di dalam wilayah tanah Suriah.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Turki melakukan provokasi sadis ini? Apa konsekuensinya terhadap situasi kritis yang telah terjadi di kawasan itu sejak 4 tahun lalu?
Ada banyak teori yang kini dapat kita bayangkan. Salah satunya adalah bahwa Turki sebenarnya sedang menjalankan tugas AS-NATO untuk menggertak Rusia dan sekutunya. Tujuannya tentu membuat Rusia keder, berpikir dua kali atas keterlibatannya dalam konflik Suriah.
Akankah tujuan itu mungkin diraih Turki dan sekutunya di NATO atau justru akan menambah semangat Rusia dalam aksi militernya? Jawabannya kita tunggu dalam beberapa hari ke depan.
Teori kedua menyatakan bahwa aksi Turki ini tak lain adalah untuk membantu kalangan pemberontak Suriah yang kian kelabakan menghadapi serangan udara Rusia. Tentu saja aksi konyol Turki ini didorong oleh motif ekonomi dan politik sekaligus. Motif ekonomi Turki membantu kelompok teroris itu pasokan minyak dan gas murah dari kalangan teroris yang diselundupkan ke Turki tetap dapat berjalan.
Banyak pengamat Timur Tengah yang menyatakan bahwa Turki adalah negara yang paling diuntungkan dengan situasi krisis Suriah saat ini. Dia dapat rezeki halal dan haram dari empat penjuru angin. Dari Irak dan Suriah dia dapat minyak dan gas murah dengan barter senjata buat para pemberontak. Belum lagi Turki, terutama klik Erdogan, dapat uang banyak dari bantuan Saudi dan Qatar untuk kelompok-kelompok pemberontak tersebut. Di samping semua itu dia juga masih bisa menjaga hubungan baik dengan Iran.
Teori ketiga menyatakan bahwa aksi Turki ini bertujuan mengocok ulang kartu yang sedang terjadi demi memperpanjang permainan. Masuknya unsur Rusia dalam konflik Suriah telah membalikkan keadaan dan merusak keseimbangan. Bila trend yang ada tidak berubah, maka tidak mustahil ISIS dan kawan-kawannya akan kehabisan tenaga dalam waktu singkat. Dan bila ini yang terjadi maka Turki bakal kehilangan pengaruh apapun atas situasi pasca kompromi politik yang bakal dimasak oleh Rusia dan AS.
Apapun teori yang kita mau pakai, jelaslah bahwa provokasi Turki ini akan menuai badai. Tidak mustahil pula bahwa badai itu berskala puting beliung yang memorakporandakan segala tatanan yang mulai terbentuk di kawasan.
Sebagian yang punya selera memprediksi kemudian menerawang apa yang terjadi di Suriah hari-hari ini banyak kemiripannya dengan nubuat tentang dimulainya Perang Dunia Ketiga.
Tentu kita tak berharap hal buruk itu terjadi. Tapi provokasi Turki tak bakal berlalu begitu saja tanpa dampak yang serius terhadap situasi yang ada. [Islam Times]
Beberapa jam setelah aksi Turki menjatuhkan pesawat Sukhoi Su-24, Putin langsung menggambarkan ya sebagai “tusukan dari belakang”. Tak hanya itu, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rusia pun langsung memutuskan hubungan militer dengan Turki.
Untuk memperparah keadaan, media Rusia mengutip sumber-sumber militer yang mengatakan bahwa pilot pesawat yang jatuh itu sebenarnya berhasil menyelamatkan diri. Tapi lantas dia ditembak mati dari darat. Dan itu artinya pilot naas tersebut dibunuh di dalam wilayah tanah Suriah.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Turki melakukan provokasi sadis ini? Apa konsekuensinya terhadap situasi kritis yang telah terjadi di kawasan itu sejak 4 tahun lalu?
Ada banyak teori yang kini dapat kita bayangkan. Salah satunya adalah bahwa Turki sebenarnya sedang menjalankan tugas AS-NATO untuk menggertak Rusia dan sekutunya. Tujuannya tentu membuat Rusia keder, berpikir dua kali atas keterlibatannya dalam konflik Suriah.
Akankah tujuan itu mungkin diraih Turki dan sekutunya di NATO atau justru akan menambah semangat Rusia dalam aksi militernya? Jawabannya kita tunggu dalam beberapa hari ke depan.
Teori kedua menyatakan bahwa aksi Turki ini tak lain adalah untuk membantu kalangan pemberontak Suriah yang kian kelabakan menghadapi serangan udara Rusia. Tentu saja aksi konyol Turki ini didorong oleh motif ekonomi dan politik sekaligus. Motif ekonomi Turki membantu kelompok teroris itu pasokan minyak dan gas murah dari kalangan teroris yang diselundupkan ke Turki tetap dapat berjalan.
Banyak pengamat Timur Tengah yang menyatakan bahwa Turki adalah negara yang paling diuntungkan dengan situasi krisis Suriah saat ini. Dia dapat rezeki halal dan haram dari empat penjuru angin. Dari Irak dan Suriah dia dapat minyak dan gas murah dengan barter senjata buat para pemberontak. Belum lagi Turki, terutama klik Erdogan, dapat uang banyak dari bantuan Saudi dan Qatar untuk kelompok-kelompok pemberontak tersebut. Di samping semua itu dia juga masih bisa menjaga hubungan baik dengan Iran.
Teori ketiga menyatakan bahwa aksi Turki ini bertujuan mengocok ulang kartu yang sedang terjadi demi memperpanjang permainan. Masuknya unsur Rusia dalam konflik Suriah telah membalikkan keadaan dan merusak keseimbangan. Bila trend yang ada tidak berubah, maka tidak mustahil ISIS dan kawan-kawannya akan kehabisan tenaga dalam waktu singkat. Dan bila ini yang terjadi maka Turki bakal kehilangan pengaruh apapun atas situasi pasca kompromi politik yang bakal dimasak oleh Rusia dan AS.
Apapun teori yang kita mau pakai, jelaslah bahwa provokasi Turki ini akan menuai badai. Tidak mustahil pula bahwa badai itu berskala puting beliung yang memorakporandakan segala tatanan yang mulai terbentuk di kawasan.
Sebagian yang punya selera memprediksi kemudian menerawang apa yang terjadi di Suriah hari-hari ini banyak kemiripannya dengan nubuat tentang dimulainya Perang Dunia Ketiga.
Tentu kita tak berharap hal buruk itu terjadi. Tapi provokasi Turki tak bakal berlalu begitu saja tanpa dampak yang serius terhadap situasi yang ada. [Islam Times]
0 komentar:
Posting Komentar