Selasa, 17 November 2015

Oleh: Denny Siregar 

Memang tidak mudah menjatuhkan seorang Setya Novanto.
Dia tipikal pengusaha ulet yang sejak mahasiswa harus bekerja keras memutar otak untuk membiayai kuliahnya. Mungkin karena didesak situasi seperti itu, ia akhirnya malah berkembang menjadi pengusaha sukses.


Pada puncak kesuksesan seseorang, jalur politik memang seperti menjadi sebuah keharusan. Ia akhirnya mengembangkan jaringan perkawanannya di Kosgoro, Koni dan Golkar.

Keuletannya di dunia politik diakui oleh lawan2nya. Tidak kurang banyak Indonesia Corruption Watch atau ICW membeberkan dugaan korupsinya mulai dari skandal cessie Bank Bali sampai penyelundupan beras vietnam 60 ribu ton. Kasus itu lenyap tanpa sedikitpun ia tersentuh, padahal menurut ICW setya diduga pernah jadi tersangka.
Bahkan seorang temannya, Nazarudin yang menjadi tersangka banyak kasus pernah mengatakan bahwa ia diancam akan dibunuh jika membeberkan keterlibatan Setya di proyek E-KTP senilai 2,5 triliun. Abraham Samad waktu masih menjadi ketua KPK pun mengincar sejumlah kasus korupsi yg membayangi Setya Novanto, tapi ia keburu dijatuhkan dari kursinya.

Ketua DPR kelahiran bandung ini, memang terus eksis di dunianya sedangkan lawan2nya berjatuhan. Mereka yang ingin menyeretnya, tidak sanggup menggapai ketinggian kedudukan Setya. Lobi-lobinya kuat sekali dan jaringannya di mana2. Ia menjaga mereka dan mereka menjaganya. Simbiosis mutualisma.
Tapi sepandai2nya monyet melompat, akhirnya kesandung juga.

“Tanpa diduga, boss Freeport merekam pembicaraan mereka masalah negosiasi perpanjangan kontrak Freeport. Seharusnya Setya sadar bahwa perusahaan internasional sekelas Freeport selalu merekam negosiasi bisnis, untuk dipresentasikan kepada dewan komisaris mereka tentang "biaya tak terduga" yang harus dikeluarkan. Ini berhubungan dgn transparansi di internal perusahaan, apalagi itu perusahaan publik”.  

Yang tidak di antisipasi Setya Novanto adalah hubungan boss Freeport dengan Sudirman Said Menteri ESDM. Ia tidak menyangka bahwa Maroef Sjamsoedin Presdir Freeport menyerahkan rekaman pembicaraan mereka ke Sudirman Said. Mungkin boss Freeport ini kesal karena permintaan Setya terlalu tinggi, fee nya total 20 persen saham dari nilai 100 trilyun, atau total 20 trilyun. "Duwit mbahmu, tah..." Begitu mungkin pikiran boss Freeport dalam versi suka2.

Setya langsung menitikkan airmata di depan kamera ketika diwawancarai wartawan bahwa namanya di sebut mencatut nama Presiden. Bukan karena ia "malu aku malu pada semut merah", tapi karena ia merasa di fitnah. Ia mengakui bertemu boss Freeport tapi tidak mengakui bahwa ia mencatut nama Presiden.

Bahkan sesudah bertemu wapres JK, ia mengaku bahwa pertemuannya dalam kapasitas pribadi bukan atas nama pimpinan tinggi lembaga. Lucu juga, karena seharusnya ketika ia disumpah jabatan, apapun yg dilakukannya melekat nama lembaga tinggi negara. Kecuali ketika ia berenang, tentu ia hanya pake celana renang.
Setya Novanto seperti tahu saja dimana bau uang. Ia diduga ke Jepang, melobi pembelian pesawat amfibi dari yang seharusnya urusan Kemenhan. Ia tiba2 di New York bertemu Donald Trump. Ia lebih mirip pengusaha dalam baju pejabat. Gayanya masih gaya lama, gaya makelar, padahal era sudah berubah.

Apakah airmata Setya Novanto akan melelehkan hati penonton sinetron "Papa minta saham" ini, sesudah mama minta pulsa tertangkap ?
Kita akan saksikan episode demi episode yang akan menguras air mata kita. Air mata bahagia, karena negara tercinta ini tidak di pimpin oleh orang-orang seperti mereka, para makelar atas nama negara.

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks