Zuhairi Misrawi, cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU) menuturkan pengalamannya ketika menghadiri Konferensi Islam Internasional yang digelar di Iran. Melalui akun Twitternya @zuhairimisrawi, ia mengaku terkesan melihat pluralitas Ahlussunah (Sunni) di Iran.
“Baru bicara dengan orang-orang Sunni di Iran. Mereka berkelompok sesuai mazhab mereka. Pluralitas dalam Sunni pun menarik dicermati. Pengikut mazhab Syafii di Iran membuat komunitas sendiri. Begitu pula, Hanafi, Maliki, dan Hambali. Ini yang berbeda dengan kaum Sunni di kita (Indonesia-red),” kicaunya.
Menurut Misrawi, Islam ibarat samudera, isinya beragam. Adanya Sunni dan Syiah, atau Ahmadiyah sekalipun dalam Islam adalah konsekuensi keragaman.
“Jujur, jika Sunni-Syiah ini tak bisa direkonsiliasi, maka kita telah mewarisi konflik dan friksi kepada anak cucu kita. Ini beban sejarah,” tulisnya lagi.
Ia juga menuturkan bahwa saat berada di Iran, siaran televisi di Negara Mullah tersebut penuh berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw mengingat bulan ini adalah bulan kelahiran manusia agung tersebut.
Misrawi juga mengunggah fotonya bersama peserta konferensi di Iran. “Bersama Syaikh Ali Taskhiri, Kang Jalal, dan Syaikh Ahmadi dlm konferensi ulama se-dunia di Iran #persahabatan. Saya baca buku tentang Syiah Dua Belas. Saya dapat merasakan indahnya keragaman dalam Islam,” kicaunya.[liputanislam]
Minggu, 03 Januari 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar