Selasa, 23 Februari 2016



“Dari Indonesia, Grand Syekh Al-Azhar akan menyampaikan pidato perdamaian dan kemanusiaan untuk dunia.”

Demikian disampaikan Sekjen Ikatan Alumni Al-Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis M Hanafi, Minggu (21/02/2016), terkait rencana kunjugan Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb selama sepekan di Indonesia.

Syekh Ahmad Ath-Thayyeb adalah salah seorang tokoh penting dari lembaga Islam internasional Al-Azhar Mesir, yang selama ini di kalangan dunia Islam diakui sebagai otoritas tertinggi dan representatif dalam mazhab Ahlussunah.

Benar saja, setelah disambut Menag di Bandara Halim Perdanakusuma dan diterima secara resmi Presiden Jokowi di Istana Negara, Syekh Ahmad Ath-Thayyeb persis seperti yang dikatakan Muchlis M Hanafi, dalam rangkaian safarinya ke Tanah Air pun telah memenuhi janjinya dalam menebar perdamaian dan kemanusiaan, mempererat ukhuwah Islamiyah di tengah umat, khususnya kaum Muslimin; Sunni dan Syiahdi negeri kita.

Selain dikenal sebagai ulama moderat dan selalu menyerukan persatuan Islam, Syekh Ahmad Ath-Thayyeb juga sangat tegas dalam mengkritik makar Zionis dan sekutunya, yang selama ini sangat getol mengadu-domba kaum Muslimin terutama kalangan Sunni dengan Syiah.

Mungkin hal itulah yang membuat Syek Ath-Thayyeb berbeda dengan segelintir “tokoh” di Indonesia yang secara lisan mengaku sebagai ulama, tapi dalam perilaku dan tindakannya justru lebih menyerupai Zionis yang gemar menyulut fitnah, secara massif dan sistematis menginisiasi berlangsungnya acara-acara berkedok Tablig Akbar dan terselenggaranya forum-forum yang sepintas terkesan Islami padahal di dalamnya berlangsung upaya penebaran ujaran kebencian di tengah umat, sehingga kaum Muslimin kadang ikut terprovokasi untuk saling mengkafirkan dan saling membenci satu sama lain.

Patut disayangkan bahwa justru para ulama gadungan inilah yang kerap berkoar lantang melalui salah satu corong lembaga propaganda yang mereka bentuk, yaitu ANNAS (Aliansi Nasional Anti Syiah), sebuah lembaga yang dari namanya saja sudah sangat mencerminkan watak sektarian daripada cenderung pada upaya mempersatukan umat Islam.

Demikian juga dengan MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia), yang pergerakan anti-Syiahnya tak jauh beda dengan ANNAS dan kelompok-kelompok lain yang berafiliasi dengan mereka. Lucunya, mereka inilah yang dalam banyak kesempatan justru tak tahu malu mengklaim diri sebagai wakil resmi kalangan ulama Ahlussunah sekaligus sebagai pihak yang paling pantas menjaga “kemurnian” ajaran Islam.

Lalu seperti apa posisi “keulamaan” mereka dalam pandangan Grand Syekh Al-Azhar, seandainya ulama sekelas Syekh Ath-Thayyeb tahu persis kelakuan gerombolan provokator itu di tengah kaum Muslimin Indonesia?

Setelah ini, dimana gerangan muka mereka akan ditaruh di kalangan kaum Muslimin, ketika dengan lantang dan tanpa tedeng aling-aling Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb, ulama tulen yang otoritatif dan representatif dari mazhab Ahlussunah itu menyatakan pentingnya ukhuwah Sunni-Syiah di hadapan tokoh-tokoh ulama, hukama, cendekiawan Muslim, pun di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, selaku ormas Islam yang selama ini mereka anggap merupakan payung besar umat Islam?

Dalih dan dalil palsu apa lagi yang akan mereka jual kepada kita semua, jika ulama sekelas Syekh Ath-Thayyeb saja sudah menegaskan bahwa umat Islam yang berakidah Ahlussunah adalah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah? Apakah mereka akan menuduh Syekh Ath-Thayyeb sebagai ulama bayaran dan antek Syiah, naudzu billah— sebagaimana yang selama ini kerap secara serampangan mereka alamatkan kepada para ulama Islam yang mencintai perdamaian dan menganjurkan persatuan di negeri kita?

“Sunni dan Syiah adalah saudara.”

Itulah penegasan Syekh Ath-Thayyeb saat dimintai pandangannya oleh Dirjen Bimas Islam, Prof. Machasin terkait permasalahan Sunni dan Syiah, sebagaimana dimuat laman resmi Kemenag RI.

Pernyataan tegas itu disampaikan Grand Syekh Al-Azhar dalam pertemuan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Senin (22/02/2016) yang juga dihadiri Menag Lukman Hakim Saifuddin, sejumlah ulama, tokoh cendekiawan Muslim dan Dubes negara sahabat, sebagaimana diberitakan banyak media.

Menurut Syekh Ath-Thayyeb, Islam mempunyai definisi yang jelas. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan salat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu.

“Mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini maka dia Muslim. Kecuali mereka yang mendustakan,” tegasnya lagi.

Grand Syekh menilai bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan penganut Syiah keluar dari Islam. Bahkan, banyak ajaran Syiah yang sangat dekat dengan pemahaman Sunni. Perbedaan antara Sunni dan Syiah dalam pandangan Syekh Ath-Thayyeb hanya pada masalah Kepemimpinan (Imamah).

“Syiah mengatakan Imamah bagian dari Ushuluddin, kita mengatakan sebagai masalah furu’. Itu saja,” terangnya. “Bahkan kalau kita mau membaca kitab-kitab Syiah yang lama, mereka secara umum menghormati para Sahabat Nabi, kok,” tambahnya lagi.

Tidakkah mengherankan jika pandangan ulama otoritatif Ahlussunah dari Al-Azhar ini sungguh bertolak-belakang dengan pandangan MUI, ANNAS, dan MIUMI Cs selama ini terkait Syiah? Bukankah kini sudah kian jelas bagi kita, kepada siapa dan pihak manakah kita layak berpegang?

Jika pandangan ulama sekaliber Grand Syekh Al-Azhar ini masih hendak mereka kesampingkan, tidakkah itu justru akan membuka topeng dan kedok mereka (mungkin sebagian oknum takfiri atau anasir intoleran di tubuh MUI, atau keseluruhan pimpinan dan simpatisan ANNAS dan MIUMI Cs) yang selama ini mengaku-ngaku sebagai representasi kelompok Muslimin Ahlussunah Wal Jamaah dan paling gencar mengkafir-sesatkan Syiah?

Kecuali bila dengan pengingkaran itu mereka memang berniat ingin mempertegas kebenaran kabar yang selama ini beredar; terkait posisi mereka yang konon adalah agen-agen Wahabi (Salafi Takfiri) yang sengaja disusupkan ke kalangan Aswaja untuk memecah-belah NKRI. Jika iya, silakan saja. Toh itu sama saja artinya dengan bunuh diri.

Akhirnya, sebagai bangsa Indonesia kita layak mengapresiasi dan menyambut hangat kunjungan Grand Syekh Al-Azhar tak hanya dalam sepekan. Karena kado istimewa yang dibawanya akan menjadi catatan sejarah bagi kian eratnya ikatan persatuan di antara anak bangsa ke depan.

Sementara bagi kaum Muslimin, kedatangan ulama pencinta ukhuwah ini mungkin patut diibaratkan sebagai pertanda uluran kasih sayang Tuhan, sebab Dia tak berkenan kita bercerai-berai dan saling bermusuhan antar sesama Muslim hanya akibat ulah kaum Takfiri yang gemar memprovokasi dan menyebarluaskan fitnah keji.

Spesial buat MUI, ANNAS dan MIUMI Cs, kiranya cukuplah statemen tegas Grand Syekh Al-Azhar ini menjadi kado istimewa. Mereka tak perlu lagi capek-capek bersusah payah melakukan pengkajian tiada henti tentang Syiah, yang konon dimaksudkan hanya demi menyusun langkah dan strategi untuk mengeluarkan fatwa sesat terhadap Syiah. Karena pernyataan mereka bahwa Syiah sesat dan bukan bagian dari Islam, faktanya sudah dengan gamblang dibantah sendiri  (dan secara langsung di depan hidung mereka pula) oleh ulama otoritatif dan representatif mazhab Ahlussunah. [IslamProtes]

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks