Akibat Fatwa Sesat dari MUI pengikut Ahmadiyah jadi korban pembantaian atas nama Agama
"Saya sungguh ngeri jika mengingat tragedi penyerangan warga kepada pengikut Ahmadiyah di Cikeusik," ujar Nayati memulai kisahnya.
Mulai dari pembiaran aparat ( baca : polisi ) sehingga Pembantaian itu terjadi. Kemudian puluhan orang beramai-ramai menghancurkan rumah, membakar mobil lalu membantai beberapa sosok tubuh yang mungkin sudah menjadi mayat. yang kemudian masalahnya di bahas di bawa ke sidang MUI, tingkat Kecamatan, dan hasilnya MUI menetapkan Ahmadiyah sebagai aliran sesat. Tapi pihak Ahmadiyah yang di wakili Suparman bersikukuh, fahamnya (Ahmadiyah) tidak sesat.
Sejak pembantaian berdarah yang merenggut empat nyawa jamaah Ahmadiyah itu, semua anggota keluarga Matori menghilang bak ditelan bumi. "Saya pun hingga sekarang tidak tahu ke mana bapak saya pergi. Saya juga tidak tahu ke mana suami saya berada sejak penyerangan itu," tutur Nayati.
Perempuan 35 tahun itu adalah adik kandung Suparman. Sehari-harinya dia tinggal di rumah Matori bersama suaminya, Udin, 25. Rumah Matori hanya berjarak sekitar 10 meter dari rumah Suparman. Udin adalah suami ketiga Nayati. Dari tiga suami tersebut, Nayati dikaruniai empat anak.
"Saya sudah mencari suami saya (Udin) ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Kata polisi, saya disuruh ke rumah sakit Serang. Tapi, itu kan jauh. Butuh perjalanan setengah hari. Sementara saya nggak punya duit," ujar Nayati memelas.
Ada kabar dari tetangganya bahwa suami Nayati telah meninggal. Tetapi, dia tidak percaya karena polisi menyatakan tidak menemukan jasad suaminya.
Nayati berharap, suaminya masih hidup. "Waktu kejadian saya sempat melihat dari jauh suami saya dipukuli, disabet celurit, hingga kena pipi dan mukanya. Masya Allah!!! Mengapa orang-orang yang ngaku Islam bisa sekeji itu," ujarnya lirih.
Tidak hanya disayat-sayat dengan pedang, banyak juga jamaah Ahmadiyah yang ditimpuk dengan batu meskipun sudah terkapar di tanah. Sementara anggota Ahmadiyah lain yang lari tunggang langgang lewat belakang rumah terus dikejar hingga persawahan. "Saya lihat ada yang ditombak," ujarnya, masih dengan nada lirih.
Nayati yang tidak tega menyaksikan pembunuhan atas keluarga dan anggota jamaah Ahmadiyah lainnya itu lantas melarikan diri masuk ke rumah bapaknya. Untung, warga yang sedang marah tidak melanjutkan aksinya ke rumah bapaknya itu.
Lihat videonya:
Nayati dan anggota keluarga Matori yang lain hanya bisa melihat kerusuhan di rumah Suparman dari balik kaca. Setelah polisi datang dengan personel lebih banyak, Matori, istri, dan saudara-saudara Nayati yang lain barulah mereka bisa meninggalkan rumah dan desanya.
Sumber: dari berbagai Sumber
Penulis: Van Harry
0 komentar:
Posting Komentar