Tulisan menarik sebagai bahan renungan agar kita tidak menjadi Tuhan dengan merasa berhak untuk menghakimi keyakinan orang lain sebagai kafir, sesat dan halal darahnya untuk ditumpahkan, selamat merenung..
Oleh : Ahmed Zain Oul Mottaqin
Kalau anda bilang Islam, maka anda salah. Kalau anda bilang Kristen, anda juga salah. Kalau anda bilang Hindu, Budha atau Konghucu pun semua salah. Jadi yang mana yang benar ?
Kalau anda bilang agama yang diterima di sisi Tuhan adalah Islam, maka saya sebagai Muslim setuju. Kalau yang Nasrani bilang agama yang diterima di sisi Tuhan adalah Nasrani, ya sah-sah saja menurut pemahaman mereka. Agama yang diterima di sisi Tuhan jawabannya akan tergantung kepada siapa anda bertanya.
Tapi agama Tuhan sendiri itu apa?
Saya tidak akan menyebut agama disini sebagaimana agama yang anda anut. Tapi akan saya beri tambahan tanda petik "agama" untuk membedakan dengan agama dalam perspektif makhluq.
Jelas "agama" Tuhan adalah agama yang Dia tetapkan untuk menjadi "agama-Nya", sebagaimana Dia telah menetapkan sifat Maha Pengasih dan Penyayang untuk diri-Nya sendiri. Dia tetapkan sifat-sifat itu untuk diri-Nya padahal Dia Maha Mampu untuk menetapkan sifat yang lain. Tak ada yang menyuruh, tidak ada yang menyarankan, tidak ada konsekuensi dan pembalasan yang akan Dia terima akibat perbuatan-Nya. Konsekuensi dan pembalasan hanya berlaku untuk makhluq, bahkan kata "akan" dan "akibat" pun tidak cocok diterapkan pada-Nya, karena Dia tak terikat pada ruang dan waktu serta sebab dan akibat.
Agama adalah keterikatan, sedangkan Dia tak terikat. Bagaimana mungkin ada yang "mengikat" Dia, sedangkan segala sesuatu justru terikat pada-Nya. Hanya Dia yang ada sebelum yang ada itu ada. Karena Dia, maka yang tidak ada itu menjadi ada.
Ya, Tuhan bukan pemeluk Islam, bukan pemeluk Kristen, bukan pemeluk Hindu atau Budha, apalagi pemeluk Sunni atau Syi'ah. Tuhan itu Atheis. Jika kau sangka Tuhan itu menganut Theis-theis seperti dirimu apalagi pengikut ashobiyyah (fanatisme kelompok) seperti dirimu, maka kau sudah merendahkan-Nya dan menyamakannya dengan makhluq. Sedangkan Dia adalah Khaliq (yang menciptakan) bukan Makhluq (yang diciptakan).
Demikian "coretan" singkat saya malam ini. Yang setuju silakan, yang ga setuju silakan asal jangan ngamuk-ngamuk di status saya. Yang penting anda paham maksud tulisan saya yang ada di paragraph terakhir. Good nite.
Jumat, 22 Januari 2016
Related Posts:
PENEMBAK SYAIKH AIDH AL QARNI ADALAH SYI'AH? Oh, nanti dulu Oleh :Ahmed Zain Oul Mottaqin Jawaban atas fitnah wahabi bahwa penembak Syaikh Al-Qarni adalah Syi'ah Beberapa kali saya dihubungi minta pendapat saya soal penembakan ulama Saudi Syaikh Aidh Al-Qarni guna mengcou… Read More
Turki Normalisasi Hubungan Dengan Israel, Palestina di Tipu Erdogan Oleh : Ahmad Zainul Muttaqin PERNYATAAN RESMI PFLP (FRONT POPULER UNTUK PEMBEBASAN PALESTINA) MENGENAI "NORMALISASI" HUBUNGAN TURKI DAN ISRAEL Saya terjemahkan pernyataan resmi Front PFLP Gaza langsung dari website resmi… Read More
Beda Ulama Ahlusunnah Kelas Dunia Dengan Kelas Jamban Oleh: Ahmad Zain Oul Muttaqin Para ulama besar Ahlusunnah yang DIAKUI DUNIA seperti Grand Syaikh Al-Azhar Ahmad At-Thayyeb dan tiga ulama Ahlusunnah Syam Syaikh Dr. Taufiq Al-Buthi, Syaikh M. Adnan Afyouni dan Sya… Read More
Erdogan : Khalifah Mesum Dari Turki Oleh: Ahmed Zain Oul Mottaqin Turki dipuja-puja para akhi wa ukhti polos di negeri ini sebagai negara "islami" yang dipimpin Presiden Islam yang menentang Sekularisme, dan bahkan pemimpinnya diagung-agungkan sebagai soso… Read More
Islam Tanpa Muhammad, Apakah Masih di sebut Islam? KAU BER-ISLAM, TAPI KAU KEHILANGAN MUHAMMAD Oleh: Ahmed Zain Oul Mottaqin Bang apakah ibu-ibu Tionghoa itu salah karena meminta suara azan dari toa masjid dikecilkan? Sejauh ini yang saya lihat dia salah. Mungkin dia… Read More
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar