Selasa, 17 November 2015

Oleh : Asaaro Lahagu 

Negara-negara Barat yang telah mendorong lahirnya ISIS di Syria dan Irag telah gagal. Skenario Barat untuk menghancurkan Presiden Syria, Bassar-Al Assad lewat ISIS juga gagal total. Barat memang berhasil membuat negara Syria dan Iraq sebagai negara gagal. Kedua negara ini porak-poraknda dan menciptakan korban tewas ratusan ribu orang. Lalu jutaan orang mengungsi ke berbagai negara Eropa. Ini tragedi besar kemanusiaan di abad ke-21 pasca perang dunia kedua. Namun Barat gagal menyingkirkan Assad. Prediksi negara-negara Barat bahwa Assad akan dihukum gantung oleh rakyatnya dalam setahun, ternyata salah besar. 

ISIS Bukan Islam 


Sudah 4,5 tahun Assad tetap duduk di kursi Presiden Syria dengan lumuran darah rakyatnya. Syria bukanlah Libya. Assad, bukanlah Khadafi. Kalau barat dengan gampangnya menyingkirkan Presiden Libya Muhammad Khadafi, tidak demikian dengan Assad. Assad jauh lebih kuat dari perkiraan. Gerakan Arab Springs tahun 2010 yang dimulai dari Tunisia, lalu Mesir dan merembes ke negara-negara Afrika, telah membuat Barat di atas angin. Konflik internal di negara-negara itu telah membuat negara Barat dengan mudah merancang skenario untuk mencapai keinginan mereka. Skenario Barat untuk memaksakan demokrasi ala mereka telah berhasil diterapkan di negara-negara yang dilanda euphoria Arab Springs. Untuk menuntaskan skenarionya, Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat plus Israel berusaha melemahkan Syria. Bila Syria telah hancur, maka lahirlah demokrasi ala barat di seluruh Arab mengepung sasaran terakhir Iran. 

Iran adalah negara terakhir, benteng Islam dalam membendung hegemoni negara-negara Barat. Skenario awal Barat atas negara Syria adalah akan diserahkan kepada para pemberontak nasionalis. Untuk itu di pengasingan dibentuklah kelompok pemerintahan peralihan Syria yang diplot oleh negara-negara Barat. Dalam kacamata hitam negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, Assad adalah pengecut yang akan mudah dipatahkan. Assad adalah hanya pimpin yang jago kandang, tidak lebih dari itu. Begitlah anggapan negara-negara Barat dan Amerika. Ternyata upaya menghancurkan Syria secara permanen dengan menyingkirkan Assad ternyata tidaklah mudah. Dukungan Russia, Iran dan Tiongkok kepada Presiden Assad yang sedemikian masif, di luar prediksi negara Barat. Rusia mendukung Syria karena ada banyak warga keturunan Russia di Syria. 

Di samping itu Rusia juga ingin menampar negara Barat yang terlalu over confidence dalam menangani Syria.  Inilah hal yang kurang diperhitungkan oleh Barat. Setelah perang yang berlarut-larut dan melelahkan, ternyata Assad masih berkuasa dan masih mendapat dukungan dari klan dan suku-suku Sunni. Assad bertarung mati-matian melawan Barat. Hidup matinya Assad bersama etnis dan suku yang puluhan tahun mendukung ayahnya berada di tangan mereka sendiri. Para pejuang pro Assad bertempur mati-matian melawan sesama saudaranya sendiri yang disokong Barat. Maka Barat dengan diam-diam mendukung pembentukan ISIS untuk ikut menusuk Assad. Keberadaan ISIS memang terbukti semakin melemahkan keberadaan Assad. Untuk menutupi kedoknya, Barat membuat Alibi bahwa musuh utama Barat dalam menyerang Syria adalah menghancurkan ISIS. Karena ISIS secara tersembunyi didukung oleh Barat, maka misi Amerika dan negara-negara Barat untuk menghancurkan ISIS hanya mitos dan kamuflase belaka. Nyatanya selama dua tahun negara Eropa dan Amerika melakukan perang melawan ISIS, ISIS tidak pernah hancur. Tentu saja skenario Barat itu dicium dengan tajam oleh Rusia. 

Rusia yang melihat Assad yang semakin payah akibat melawan tiga musuh sekaligus, yakni rakyat Syria anti Assad, ISIS dan Barat, ikut terang-terangan membela Assad dari ISIS. Rusia ikut menggunakan alasan Barat yang menggempur ISIS dengan ikut juga mengempur ISIS di Syria. Maka di langit Syria, pesawat-pesawat mutakhir Rusia berseliweran menyerang posisi-posisi ISIS yang selama ini tidak diganggu oleh Barat. Jadilah wilayah Syria menjadi tempat percobaan aneka senjata canggih Rusia dan Barat. Barat pun mati kutu atas aksi cemerlang Rusia. Barat tidak bisa beragumen karena Rusia juga ikut membantu Barat dalam melumpuhkan ISIS. Barat kemudian hanya berpaku tangan melihat jet-jet Rusia menghancurkan ISIS yang selama ini aman tentram di bawah perlindungan Barat. Karena Barat diam membatu dan tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan Rusia, para pejuang ISIS yang ketakutan marah besar kepada Barat. Mereka kemudian menyadarkan Barat lewat serangan mematikan di Paris yang menewaskan 153 orang itu. 

ISIS sendiri telah mengakui bahwa mereka adalah pihak yang bertanggung jawab atas penyerangan di Paris itu. Maka benarlah apa yang dikatakan Assad kepada Barat bahwa jangan memelihara para teroris ISIS. Suatu waktu mereka akan menyerang anda. Kini Perancis telah menderita akibat hantaman ISIS. Akankah Eropa dan Barat berubah haluan dan benar-benar menyerang balik ISIS bentukan mereka sendiri? Itu pasti buah simalakama. Jika mereka akan akan menghancurkan ISIS, maka posisi Assad akan semakin kuat dan otomatis Barat akan gagal menghancurkan Assad. Serangan ISIS di Paris itu adalah pesan kepada Barat untuk memilih dua hal. Pertama, Jika Barat serius membela ISIS untuk menggulingkan Assad, maka Barat harus menyerang Rusia, Iran dan Tiongkok. Kedua, jika tidak, ISIS akan menyerang seluruh Eropa karena terdesak oleh Rusia dan Iran di Syria dan Irak. 

Jika Barat kemudian tidak memilih salah satunya, maka perkembangan di Syria akan semakin mengancam seluruh Eropa dan Amerika Serikat.  Kegagalan Barat dalam memanfaatkan ISIS karena campur tangan Rusia akan membuat peta Israel, Arab Saudi, Iraq dan Syria tergerus dari peta di dunia. Iraq dan Syria akan menjadi negara kecil yang kerdil.  Sementara  itu terbentuklah wilayah luas menjadi bagian dari wilayah konflik tak bertuan Timur Tengah. Wilaya Timur Tengah akan menjelma menjadi pusat-pusat teroris dunia. Kegagalan skenario Barat atas Syria telah membuat Irag dan Syria akan terpecah dan tak dapat disatukan lagi. ISIS-pun akan tetap menjadi pemain utama konflik Timur-Tengah baru plus Al-Qaeda. Ini kemudian akan membuat tragedi kemanusiaan tak terbayangkan. Ha ini juga akan semakin membuat gelombang pengungsi dan migrasi manusia perahu bergerak menuju ke Eropa melalui laut Mediterania menuju ke Italia, Malta, dan Yunani dan membanjiri  Inggris, Perancis dan Jerman. Tentu saja Inggris, Prancis dan Jerman akan menjadi negara-negara pertama yang akan dikuasai oleh elemen Timur Tengah baik budaya, agama dan manusianya. Sesuatu yang tak terpikirkan oleh negara-negara Barat sebelumnya. Jumlah minoritas warga non-Eropa di Prancis dan Inggris telah mengubah peta keamanan dan politik di kedua negara dan menimbulkan permasalahan keamanan. 

Dan jika ISIS semakin terdesak di Syria dan Irag oleh Assad yang dibantu Iran dan Rusia, maka mereka akan menyebar di Eropa Barat untuk menjadi bom waktu di negara-negara itu. Jadi, skenario Eropa dan Amerika  yang pertama, ingin menggulingkan Assad dengan mendukung oposisi Syria melawan Assad, telah gagal. Kedua, Eropa Barat dan Amerika yang turut membidangi lahirnya ISIS untuk menggulingkan Assad juga telah gagal. Ketiga, prediksi bahwa Rusia tidak akan secara nyata mendukung Syria adalah kesalahan besar. Keempat, ISIS yang besar di tangan Barat dan Amerika menjelma menjadi teroris ulung yang mengguncang dunia sekaligus mengguncang Paris. Kelima, skenario Barat telah membuat Eropa Barat dalam masalah baru terkait jutaan pengungsi dan lahirnya bibit teroris baru di negara-negara mereka.   

Salam Kompasiana, 
Asaaro Lahagu


0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks