Sabtu, 05 Maret 2016
Oleh: Sulaiman Djaya
Ketika seorang Guru Hindu, Sri Ravi Sankar, menziarahi Makam Suci Imam Husain di Karbala, tak lain karena spiritnya adalah cinta dan humanisme yang terpancar dan terkandung dari Peristiwa Karbala. Demikian pula, setiap tahunnya, Ummat Nasrani ikut memperingati kewafatan Imam Husain yang tragis di gurun gersang Shati Al-Furat ribuan tahun silam itu.
Hingga suatu ketika, tersebutlah peristiwa, ketika kelompok teroris Wahabi-Takfiri berniat menyerang Makam Suci Imam Husain, pada saat itulah Muslim Sunni, Muslim Syi’ah di Irak dan sekitarnya dan Ummat Hindu dari India bahu-membahu untuk melawan kelompok Wahabi-Takfiri yang hendak menghancurkan Makam Suci Imam Husain di Karbala itu.
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, sang sufi Muslim Sunni itu, dalam kitabnya yang berjudul Al-Kunyah, menyebut peristiwa 10 Muharram (hari ketika Imam Husain dibantai dan disembelih secara keji oleh pasukan Kerajaan Bani Umayyah alias Kerajaan keturunan Muawwiyah bin Abu Sufyan) sebagai Asyirul Karamah –hari keramat yang ke-10 dari hari-hari suci Islam lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar