Sabtu, 06 Februari 2016


Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, yang lebih akrab dipanggil sebagai Aher, bukan anak kecil di dunia politik. Dia lama menempa dan membangun diri di pergerakan 'tarbiah' sebelum kemudian banting stir lantaran kesemsem dengan hinggar bingar dunia politik. Dia berhasil. Takdir mengantarnya bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera sejak awal, saat partai masih masih menggusung nama Partai Keadilan (PK).

Kemudian, pemilihan umum gubernur pada 2008 mengantarnya sebagai orang nomer satu diJawa Barat. Selama enam tahun, dia, yang merupakan "kader unggulan" partai, berhasil memborong penghargaan dari negara. Bukan satu. Tapi 150 penghargaan bergengsi dari pemerintah. Bahkan pada 2015, Jawa Barat berhasil meraih penghargaan Anugerah Pangripta Nusantara untuk yang kelima kalinya.

Tidak sampai disitu, Aher pada 2011 dinobatkan sebagai tokoh perubahan oleh sebuah media cetak nasional. Setahun kemudian, pada 2012, dia mencalonkan diri dan kembali terpilih sebagai Gubernur dengan didampingi Deddy Mizwar. Inilah segudang 'prestasi' yang mampu memoncerkan nama partainya yang sempat babak belur lantaran orang-orangnya terbabit skandal seks dan korupsi.

Beberapa pekan lalu, beredar rekaman video di jejaring sosial Whatsapp yang berisi percakapan orang nomer satu se-Jawa Barat itu. Dalam video, terlihat Aher sedang duduk di lantai bersama beberapa warga Indonesia dan sejumlah orang asing yang berbicara dalam bahasa Arab. Di sebelah kanan Aher, duduk seorang ulama dengan pakaian khas Arab Saudi yang oleh Aher disapa "Syeikh"; menunjukkan seorang ulama dan orang penting. Posisi duduk sang ulama lebih tinggi lantaran dia duduk di kursi.

Persoalannya bukan soal pertemuan itu. Tapi lantaran Aher berbicara ke ulama itu tentang sesuatu yang merujuk pada data dan informasi yang dianggap rahasia. Ini jelas tak patut dilakukan oleh seorang pejabat negara.

Sejauh ini, media dan publik menanggapi percakapan Aher itu dengan dingin, seolah tidak ada sesuatu yang rahasia. Pun aparat penegak hukum diam dengan persoalan ini.

Setidaknya ada beberapa point penting yang dibicarakan Aher.

Pertama, dia menyebut, "Orang-orang Syiah kelihatan kuat dalam kelemahannya. Mereka menjadi kuat, karena kita lemah. Kalau kita kuat, maka otomatis mereka menjadi lemah." Pernyataan ini adalah penyalahgunaan jabatan sebagai pejabat negara yang wadul dihadapan warga negara asing tentang suatu yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan Republik Indonesia. Ini adalah fakta yang menunjukkan Aher menjual informasi kepada orang asing dengan cara merusak kebijakan luar negeri Indonesia yang berpijak pada prinsip bebas aktif.

Kedua, terkait pernyataannya: "Kami sekarang sudah membangun pesantren besar di Subang dan Sukabumi, dan segera di Garut. Nantinya, sebagai pemerintah, kami ingin membangun 30 pesantren lagi.” Di sini jelas, Aher memberikan laporan ke orang asing soal kegiatannya di Indonesia dan yang seperti ini biasanya hanya dilakukan oleh seorang agen intelijen.

Ketiga, dia menyebut bahwa terdapat tiga ribu pelajar Indonesia yang mendapatkan beasiswa di Iran. Jika saja informasi ini benar adanya, lalu dengan tujuan apa hal ini disampaikan Aher ke orang tidak semestinya berhak mendapatkan informasi, dalam hal ini adalah orang asing?

Keempat, dia juga meminta kepada Saudi untuk memberikan beasiswa sama dengan yang, menurutnya, diberikan Iran ke pelajar Indonesia. Di sini, dia seolah melupakan tsunami dana dan ribuan warga Indonesia yang saat ini mengaji ajaran Wahabi di Arab Saudi.


Sebab, masalahnya, dan ini besar, menyangkut perkara jual beli intelijen Indonesia keluar dari ranah teritorial NKRI ke pihak asing yang dilakukan oleh seorang pejabat negara, dengan atau tanpa imbalan sekalipun. Pemberian data dan informasi intelijen dalam negeri untuk luar negeri adalah tindakan intelijen, sementara Aher tidak berhak dan tidak berwenang memberikan data dan informasi tersebut ke pihak asing.

Maka, jelas, Aher dalam hal ini sudah melampaui wewenang dan jabatan yang dimilikinya, dan sudah semestinya harus dianggap sebagai pengkhianatan pada Republik. Dan sekali lagi Aher, menunjukkan dirinya kepada publik sebagai agen asing yang berkedok sebagai gubernur. Atau bisa jadi lebih jauh; partai yang dia wakili berfungsi sebagai pencetak agen asing untuk menjaga kepentingan asing di Indonesia.

Polisi harus menyelidiki perkara jual beli intelijen ini. Semuan perkaranya harus kelar. Sebab orang akan bertanya: atas dasar apa Aher melaporkan data dan informasi dalam negeri kepada pihak asing yang "seolah" bertanggungjawab atas perkara di Indonesia? Atau Aher mungkin sedang pamer kekuatan dana partau yang mesti diketahui orang banyak?

Seseorang juga nampaknya perlu memberi kuliah singkat ke Aher seputar kontra intelijen. Sebab laporan Aher dalam video itu seolah mengisyaratkan penduduk Indonesia belum pernah tahu ihwal banjir dana bantuan Saudi untuk Indonesia.

Sisi lain, muslim Syiah di Indonesia, sudah tidak semestinya berdiam diri dan membiarkan perkara ini tanpa sikap. Muslim Syiah Indonesia sudah semestinya memperkarakan fitnah besar ini kepada pihak berwenang. Sebab komunitas Syiah dijadikan Aher, sebagai proyek gelap dan lebih-lebih hal ini diwadulkan kepada pihak asing. Minimal sikap komunitas untuk mencegah Bangsa Indonesia dari “obok obok “ asing melalui tangan gubernur Aher yang berperan sebagai corong Saudi Arabia untuk memicu intoleransi dan perpecahan di tubuh NKRI.

Komunitas muslim Syiah juga sudah semustinya terlibat penyelidikan, mencari tahu potensi jual beli informasi dan data Aher itu dapat merusak integritas negara, dan kemudian mengambil sikap bijaksana. Paling minimalnya adalah mengajukan ke komnas HAM untuk penyelidikan lebih lanjut soal proyek gelap Aher ini dengan seksama.

Sikap intoleransi Aher sangat jelas, sulit dibiarkan tanpa tindakan, karena jual beli data dan informasi itu benar-benar berpotensi besar merusak hubungan baik antara Indonesia dan Iran.[Islam Times]

Tag: #Aher, #Proyek gelap

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

Kata Tokoh

Seri Kekejaman ISIS

Video




VIDEO Terbaru

Random Post

pks